Setiap muslimah tentu sangat
mengharapkan kehidupan yang bahagia dan mulia, baik di dunia terlebih
lagi kehidupan di akhirat yang abadi. Untuk mendapatkan kebahagiaan dan
kemuliaan tersebut, seorang muslimah harus memenuhi beberapa
persyaratan, dan syarat yang paling utama adalah agar selalu menghiasi
kehidupan di dunia dengan senantiasa melakukan amal kebajikan serta
sekuat mungkin menghindarkan diri dari perbuatan dosa dan kemaksiatan.
Untuk menghindarkan diri dari dosa,
tentu langkah pertama yang harus dilakukan adalah mengetahui
perbuatan-perbuatan yang dapat mendatangkan dosa, karena banyak orang
yang merasa tidak terjebak dalam dosa padahal sejatinya ia sedang
melakukannya. Hal ini disebabkan oleh ketidaktahuan mereka tentang dosa
tersebut, sehingga mereka terus-menerus melakukannya setiap hari.
Dosa adalah perbuatan melanggar perintah
Allah dan mengerjakan larangan Allah, padahal perintah dan larangan
Allah sudah sangat jelas dicantumkan dalam Al-Qur’an dan Hadis. Untuk
mengetahui sebuah perbuatan termasuk dosa atau tidak, Rasulullah
memberikan ciri-cirinya, seperti tercantum dalam hadis berikut :
حَدَّثَنِي هَارُونُ بْنُ سَعِيدٍ
الْأَيْلِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ اللَّهِ بْنُ وَهْبٍ حَدَّثَنِي
مُعَاوِيَةُ يَعْنِي ابْنَ صَالِحٍ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ جُبَيْرِ
بْنِ نُفَيْرٍ عَنْ أَبِيهِ عَنْ نَوَّاسِ بْنِ سِمْعَانَ قَالَ أَقَمْتُ
مَعَ رَسُولِ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِالْمَدِينَةِ
سَنَةً مَا يَمْنَعُنِي مِنْ الْهِجْرَةِ إِلَّا الْمَسْأَلَةُ كَانَ
أَحَدُنَا إِذَا هَاجَرَ لَمْ يَسْأَلْ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ عَنْ شَيْءٍ قَالَ فَسَأَلْتُهُ عَنْ الْبِرِّ
وَالْإِثْمِ فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْبِرُّ حُسْنُ الْخُلُقِ وَالْإِثْمُ مَا حَاكَ فِي نَفْسِكَ وَكَرِهْتَ
أَنْ يَطَّلِعَ عَلَيْهِ النَّاسُ
“Telah menceritakan kepadaku Harun bin
Sa’id Al Aili; Telah menceritakan kepada kami ‘Abdullah bin Wahb; Telah
menceritakan kepadaku Mu’awiyah yaitu Ibnu Shalih dari ‘Abdur Rahman bin
Jubair bin Nufair dari Bapaknya dari Nawwas bin Sim’an dia berkata;
“Saya pernah tinggal bersama Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam
selama satu tahun di Madinah. Saya tidak dapat pergi hijrah (bersama
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam) karena adanya suatu masalah.”
Seseorang dari kami apabila berhijrah biasanya tidak menanyakan tentang
sesuatupun kepada Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Kemudian saya
bertanya kepada Rasulullah tentang kebaikan dan dosa. Lalu beliau
bersabda: ‘Kebaikan adalah budi pekerti yang baik, sedangkan
dosa adalah apa yang terlintas/terdetik dalam dadamu dan kamu tidak
suka jika hal itu diketahui orang lain.’ (HR.Muslim)”
Dari Hadis diatas dapat kita lihat bahwa
secara fitrah, manusia akan merasa terusik jiwanya, hilang
ketentramannya, tertekan dan gelisah ketika melakukan perbuatan dosa
sekalipun manusia membenarkan perbuatannya tersebut. Sedangkan menurut
Imam Al-Ghazali, dosa terbagi menjadi dua, yaitu dosa besar dan dosa
kecil. Pandangan Imam Al-Ghazali ini berdasarkan firman Allah dalam Q.S
An-Nisa’ ayat 31.
“Jika kamu menjauhi dosa-dosa besar di
antara dosa-dosa yang dilarang kamu mengerjakannya, niscaya kami hapus
kesalahan-kesalahanmu (dosa-dosamu yang kecil) dan kami masukkan kamu ke
tempat yang mulia (surga)”.
Setelah mengenali dosa, kita akan
terbantu untuk menjauhkan diri dari jeratannya, sekaligus memperbanyak
pundi-pundi pahala. Kalau orang sudah tidak percaya dengan dosa, berarti ia sudah
tidak punya kendali untuk membatasi gerak-geriknya.
- Mencukur Alis dan Bertato
Tak bisa dipungkiri bahwa sebagian besar
wanita pasti ingin tampil cantik, sempurna dan menawan. Cara yang
dilakukan agar bisa tampil cantik tentu banyak sekali, seperti
menggunakan pakaian yang modis, membeli aneka perhiasan termasuk
melakukan diet dan olahraga lainnya yang bisa membuat tubuh terlihat
lebih indah.
Seiring dengan kemajuan teknologi,
alat-alat untuk kecantikan wanita juga banyak bermunculan termasuk
cara-cara baru yang digunakan untuk memperindah penampilan. Salah
satunya adalah dengan mencukur alis dan menggantinya dengan garis tipis
menggunakan pensil alis yang melengkung indah. Memang alis yang tebal
dan tidak beraturan dianggap tidak cocok dengan zaman sekarang, sehingga
harus dimodifikasi dengan berbagai cara atau bahkan diganti. Bagi
sebagian wanita, alis tebal dianggap sebagai noda yang mengotori wajah
yang sebelumnya sudah dirias sedemikian rupa dengan Make up .
Dalam hal untuk mempercantik dan
memperindah anggota tubuh, para ulama memiliki 2 pandangan. Pertama,
mempercantik dan memperindah anggota tubuh untuk menghilangkan cela yang
bukan dibawa sejak lahir, seperti karena kecelakaan, maka hukumnya
dibolehkan. Kedua, mempercantik dan memperindah anggota tubuh bukan
karena cela yang baru datang, cara inilah yang tidak diperbolehkan dan
dinilai berdosa.
Mengenai hal ini, Rasulullah bersabda dalam hadis berikut :
أَخْبَرَنَا أَحْمَدُ بْنُ سَعِيدٍ قَالَ
حَدَّثَنَا وَهْبُ بْنُ جَرِيرٍ حَدَّثَنَا أَبِي قَالَ سَمِعْتُ
الْأَعْمَشَ يُحَدِّثُ عَنْ إِبْرَاهِيمَ عَنْ عَلْقَمَةَ عَنْ عَبْدِ
اللَّهِ قَالَ لَعَنَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
الْوَاشِمَاتِ وَالْمُتَفَلِّجَاتِ وَالْمُتَنَمِّصَاتِ الْمُغَيِّرَاتِ
خَلْقَ اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ
“Telah mengabarkan kepada kami Ahmad bin
Sa’id ia berkata; telah menceritakan kepada kami Wahb bin Jarir ia
berkata; telah menceritakan kepada kami Bapakku ia berkata; Aku
mendengar Al A’masy menceritakan dari Ibrahim dari Alqamah dari Abdullah
ia berkata, “Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat Wanita
yang mentato, wanita yang merenggangkan giginya dan wanita yang mencukur
bulu alis dengan mengubah ciptaan Allah Azza Wa Jalla.” (H.R An-Nasai)
Dalam hadis diatas, yang termasuk
kedalam perkara-perkara yang dilaknat Allah adalah mencukur alis dan
menggunakan tato. Pembuatan tato menggunakan jarum yang ditusuk-tusukkan
kebagian tubuh, kemudian mengalirkan tinta kedalam bekas tusukan jarum
tersebut. Pada zaman sekarang tak jarang kita saksikan wanita-wanita
yang memakai tato dengan dalih sebagai gaya wanita modern yang gaul, dan
model-model yang digunakan biasanya juga menyesuiakan dengan dunia
wanita, seperti kupu-kupu dan bunga. Dalam hal ini Rasulullah juga
bersabda :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ
بْنِ نُمَيْرٍ حَدَّثَنَا أَبِي ح و حَدَّثَنَا زُهَيْرُ بْنُ حَرْبٍ
وَمُحَمَّدُ بْنُ الْمُثَنَّى وَاللَّفْظُ لِزُهَيْرٍ قَالَا حَدَّثَنَا
يَحْيَى وَهُوَ الْقَطَّانُ عَنْ عُبَيْدِ اللَّهِ أَخْبَرَنِي نَافِعٌ
عَنْ ابْنِ عُمَرَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ
وَسَلَّمَ لَعَنَ الْوَاصِلَةَ وَالْمُسْتَوْصِلَةَ وَالْوَاشِمَةَ
وَالْمُسْتَوْشِمَةَ و حَدَّثَنِيهِ مُحَمَّدُ بْنُ عَبْدِ اللَّهِ بْنِ
بَزِيعٍ حَدَّثَنَا بِشْرُ بْنُ الْمُفَضَّلِ حَدَّثَنَا صَخْرُ بْنُ
جُوَيْرِيَةَ عَنْ نَافِعٍ عَنْ عَبْدِ اللَّهِ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ بِمِثْلِهِ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin ‘Abdullah bin Numair; Telah menceritakan kepada kami Bapakku;
Demikian juga telah diriwayatkan dari jalur yang lain; Dan telah
menceritakan kepada kami Zuhair bin Harb dan Muhammad bin Al Mutsanna;
Dan lafazh ini milik Zuhair keduanya berkata; Telah menceritakan kepada
kami Yahya yaitu Al Qaththan dari ‘Ubaidullah; Telah mengabarkan
kepadaku Nafi’ dari Ibnu ‘Umar bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi
wasallam melaknat orang yang menyambung rambut dengan rambut lain dan
yang meminta disambungkan, serta orang yang mentato dan minta untuk
ditato. Dan telah menceritakannya kepada ku Muhammad bin ‘Abdullah bin
Bazi’; Telah menceritakan kepada kami Bisyr bin Al Mufadhdhal; Telah
menceritakan kepada kami Shakr bin Juwariyah dari Nafi’ dari ‘Abdillah
dari Nabi shallallahu ‘alaihi wasallam dengan Hadits yang serupa”. (H.R
Muslim)
- Berdandan menor
Berdandan menor disini kami artikan
dengan berdandan secara berlebihan, seperti menggunakan parfum dengan
aroma yang tercium kemana-mana dan memancing selera hidung laki-laki,
serta mengundang mata untuk memelototinya. Juga seperti menggunakan
gelang tangan dan kaki yang dipasang mencolok, kalung dan perhiasan
lainnya yang dipamerkan dengan sangat jelas. Kemudian ia datang berjalan
dihadapan para lelaki dengan lenggokan tubuh dengan tujuan agar mereka
tergoda, maka wanita seperti inilah yang akan dilaknat oleh Allah.
Terkait persoalan ini, Rasulullah bersabda :
حَدَّثَنَا مُسَدَّدٌ حَدَّثَنَا يَحْيَى
أَخْبَرَنَا ثَابِتُ بْنُ عُمَارَةَ حَدَّثَنِي غُنَيْمُ بْنُ قَيْسٍ عَنْ
أَبِي مُوسَى عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ
إِذَا اسْتَعْطَرَتْ الْمَرْأَةُ فَمَرَّتْ عَلَى الْقَوْمِ لِيَجِدُوا
رِيحَهَا فَهِيَ كَذَا وَكَذَا قَالَ قَوْلًا شَدِيدًا
“Telah menceritakan kepada kami Musaddad
berkata, telah menceritakan kepada kami Yahya berkata, telah
mengabarkan kepada kami Tsabit bin Umarah berkata, telah menceritakan
kepadaku Ghunaim bin Qais dari Abu Musa dari Nabi shallallahu ‘alaihi
wasallam, beliau bersabda: “Jika seorang wanita memakai wewangian, lalu
sengaja melewati suatu kaum agar mereka mencium baunya, maka ia adalah
begini dan begini.” Beliau mengatakan itu dengan intonasi yang keras.”
Wanita yang berdandan secara berlebihan
serta diiringi dengan niat untuk dipertontonkan kepada para lelaki, akan
menimbulkan banyak fitnah dan gosip yang dapat merusak ketentraman
hidup, apalagi seorang wanita tersebut telah berkeluarga, tentu akan
menimbulkan konflik didalam keluarganya. Oleh karena itu,
berhati-hatilah dalam berdandan, menjaga diri dari segala hal yang dapat
menimbulkan fitnah juga akan dinilai sebagai kebaikan yang akan menjadi
investasi untuk akhirat nanti.
- Suka Meratap dan meraung-raung
Pada umumnya, wanita memiliki perasaan
yang lebih halus dan lebih sensitif dibandingkan kaum lelaki, sehingga
apabila terjadi musibah atau sesuatu yang tidak didinginkan, wanita
lebih mudah untuk menangis. Salah satu contohnya adalah ketika seorang
wanita ditinggal mati oleh orang yang disayangi dan selama ini
melindunginya, seperti anak dan suami. Pada saat seperti inilah seorang
wanita biasanya akan berpeluang untuk meratap dan meraung-raung,
sampai-sampai ia menjambak-jambak rambutnya, memukul-mukul dadanya, dan
mengeluarkan banyak perkataan yang memprihatinkan.
Perilaku yang seperti ini sama sekali
tidak mencerminkan wanita yang berakhlak. Dalam mengadapi musibah,
seorang muslimah diajarkan untuk bersikap sabar dan tabah, karena setiap
musibah yang terjadi adalah ketentuan dan ujian dari Allah dan pastinya
setiap musibah memiliki hikmah yang bisa diambil sebagai pelajaran
hidup. Dalam persoalan ini, Rasulullah bersabda :
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ جَابِرٍ
الْمُحَارِبِيُّ وَمُحَمَّدُ بْنُ كَرَامَةَ قَالَا حَدَّثَنَا أَبُو
أُسَامَةَ عَنْ عَبْدِ الرَّحْمَنِ بْنِ يَزِيدَ بْنِ جَابِرٍ عَنْ
مَكْحُولٍ وَالْقَاسِمِ عَنْ أَبِي أُمَامَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى
اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ لَعَنَ الْخَامِشَةَ وَجْهَهَا وَالشَّاقَّةَ
جَيْبَهَا وَالدَّاعِيَةَ بِالْوَيْلِ وَالثُّبُورِ
“Telah menceritakan kepada kami Muhammad
bin Jabir Al Muharibi dan Muhammad bin Karamah keduanya berkata; telah
menceritakan kepada kami Abu Usamah dari ‘Abdurrahman bin Yazid bin
Jabir dari Makhul dan Al Qasim dari Abu Umamah berkata, “Rasulullah
shallallahu ‘alaihi wasallam melaknat wanita yang mencakar-cakar
wajahnya, wanita yang menyobek kantong bajunya dan wanita yang berdoa
agar binasa dan rusak.”
Wanita yang meratap dan meraung-raung
atas musibah yang menimpanya disebabkan oleh ketidakrelaannya pada
takdir Allah, maka jelas ia telah melakukan perbuatan dosa. Selain itu,
perbuatan tersebut juga akan membukakan pintu masuk untuk dosa-dosa yang
lain, seperti prasangka buruk terhadap ketentuan Allah, kufur nikmat
dan melaknat diri sendiri. Maka sudah sepantasnya bagi seorang muslimah
agar bisa menjaga kestabilan emosinya dalam menghadapi setiap kejadian
yang sudah ditentukan oleh Allah, ketika mendapat nikmat tidak terlalu
berlebihan dalam merayakannya dan ketika mendapat musibah tidak
berlebihan dalam menyikapinya apalagi sampai meratap dan meraung-raung.
- Tidak Adil Diantara Anak
Sebagian orangtua ada yang sengaja
memberikan perhatian khusus dan istimewa kepada sebagian anak mereka.
Anak-anak tertentu diberikan berbagai fasilitas, semua kebutuhannya
dipenuhi, segala perilakunya dipuji, sedang anak yang lainnya
diperlakukan sebaliknya. Tak jarang, ibulah yang sering melakukan hal
seperti ini. Ibu yang kadang menyembunyikan makanan dari anak yang satu
untuk diberikan kepada anak yang lain, memberikan uang kepada seorang
anaknya tanpa sepengetahuan anak yang lain .
Perbuatan seperti ini tentu saja tidak
baik dan dapat menimbulkan dosa jika perbuatan tersebut dilakukan tidak
dengan alasan yang benar. Alasan seperti, anaknya sedang sakit, banyak
utang sehingga kesulitan membayarnya, tidak memiliki pekerjaan, memiliki
keluarga besar, atau sedang menuntut ilmu. Jika dalam keadaan-keadaan
seperti ini, perbuatan tersebut dibolehkan. Hal-hal semacam ini dilarang
karena dapat menimbulkan banyak efek samping berikut ini :
- Timbulnya kecemburuan diantara anak
- Menimbulkan permusuhan
- Membuat anak yang selalu diistimewakan memiliki sifat manja, gila pujian dan senang atas penderitaan orang lain
- Timbulnya rasa kecewa pada anak yang selalu tidak diistimewakan
- Anak yang kurang diperhatikan akan cenderung tidak memiliki rasa utang budi dan rasa cinta yang besar kepada orang tua, sehingga merasa tak perlu berbuat baik kepada orang tua
- Menggugurkan kandungan
Mengenai perbuatan menggugurkan kandungan atau aborsi ini, Allah berfirman dalam Q.S Al-Isra’ ayat 31.
“Dan janganlah kamu membunuh anak-anakmu
Karena takut kemiskinan. kamilah yang akan memberi rezki kepada mereka
dan juga kepadamu. Sesungguhnya membunuh mereka adalah suatu dosa yang
besar.”
Ayat diatas adalah penjelasan yang
sangat jelas dan tegas dari Allah tentang membunuh anak atau aborsi ini.
Lilitan kemiskinan atau kekhawatiran akan tantangan kehidupan bisa
memaksa seseorang untuk melakukan aborsi. Ada juga melakukannya dengan
motif lain, seperti takut menanggung malu karena telah melakukan
perbuatan zina.
Jika kita lihat kepada masa silam, pada
zaman jahiliyyah, anak-anak dibunuh setelah lahir dan tau jenis
kelaminnya, tetapi pada zaman sekarang anak-anak dibunuh sebelum mereka
lahir. “Kemajuan” ini bukan sesuatu yang patut dibanggakan tetapi suatu
indikasi bahwa umat sekarang tak obahnya seperti umat jahilyyah zaman
dahulu bahkan lebih parah.
- Bergunjing
Bergunjing adalah salah satu perbuatan
tercela yang sangat dilarang oleh agama. Mengenai pengertian bergunjing,
Rasulullah bersabda :
حَدَّثَنَا يَحْيَى بْنُ أَيُّوبَ
وَقُتَيْبَةُ وَابْنُ حُجْرٍ قَالُوا حَدَّثَنَا إِسْمَعِيلُ عَنْ
الْعَلَاءِ عَنْ أَبِيهِ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ
صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ أَتَدْرُونَ مَا الْغِيبَةُ
قَالُوا اللَّهُ وَرَسُولُهُ أَعْلَمُ قَالَ ذِكْرُكَ أَخَاكَ بِمَا
يَكْرَهُ قِيلَ أَفَرَأَيْتَ إِنْ كَانَ فِي أَخِي مَا أَقُولُ قَالَ إِنْ
كَانَ فِيهِ مَا تَقُولُ فَقَدْ اغْتَبْتَهُ وَإِنْ لَمْ يَكُنْ فِيهِ
فَقَدْ بَهَتَّهُ
“Telah menceritakan kepada kami Yahya
bin Ayyub dan Qutaibah dan Ibnu Hujr mereka berkata; Telah menceritakan
kepada kami Isma’il dari Al A’laa dari Bapaknya dari Abu Hurairah bahwa
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah bertanya: “Tahukah kamu,
apakah ghibah itu?” Para sahabat menjawab; ‘Allah dan Rasul-Nya lebih
tahu.’ Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
‘Ghibah adalah kamu membicarakan saudaramu mengenai sesuatu yang tidak
ia sukai.’ Seseorang bertanya; ‘Ya Rasulullah, bagaimanakah menurut
engkau apabila orang yang saya bicarakan itu memang sesuai dengan yang
saya ucapkan? ‘ Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam berkata:
‘Apabila benar apa yang kamu bicarakan itu ada padanya, maka berarti
kamu telah menggunjingnya. Dan apabila yang kamu bicarakan itu tidak ada
padanya, maka berarti kamu telah membuat-buat kebohongan terhadapnya.”
(H.R Muslim)
Perbuatan gunjing ini bermacam-macam,
bisa menyangkut jasmaniyyah, agama, kekayaan, hatinya, akhlaknya, bentuk
lahiriahnya dan lain sebagainya. Banyak orang, terlebih kaum wanita
yang menganggap bahwa perbuatan menggunjing adalah persoalan yang biasa
dan remeh. Padahal dalam Al-Qur’an Allah telah jelas menyampaikan dalam
Q.S Al-Hujurat ayat 12.
“Hai orang-orang yang beriman, jauhilah
kebanyakan purba-sangka (kecurigaan), Karena sebagian dari purba-sangka
itu dosa. dan janganlah mencari-cari keburukan orang dan janganlah
menggunjingkan satu sama lain. Adakah seorang diantara kamu yang suka
memakan daging saudaranya yang sudah mati? Maka tentulah kamu merasa
jijik kepadanya. dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah Maha
Penerima Taubat lagi Maha Penyayang.”
Perumpamaan dalam Al-Qur’an ini sudah
pernah kita saksikan, yaitu pada saat Indonesia digegerkan oleh seorang
kanibal yang bernama Sumanto. Kita semua merasa jijik dengan perbuatan
yang ia lakukan, padahal dosa dari perbuatan gunjing disamakan dengan
perbuatan yang dilakukan Sumanto itu dan kebanyakan dari kita masih
terus-menerus melakukannya.
- Berlagak Sok Wanita Shalihah
Wanita yang sok shalihah adalah
wanita-wanita yang ketika berada di keramaian menunjukkan sikap yang
sangat baik dan taat sekali terhadap agama, tetapi ketika ia sendirian
ia melepaskan itu semua, ia berubah menjadi wanita yang amat berani
melanggar ajaran agama. Wanita ini bersikap layaknya wanita shalihah,
mulai dari pakaian yang ia gunakan, sampai kepada menunjukkan
ibadah-ibadah yang ketika ia sendirian tidak pernah dilakukannya.
Wanita-wanita seperti ini sangat dibenci
oleh Allah, ia menyimpan keburukan dan kebusukkan dibalik kerudung dan
bajunya. Ia takut kalau orang lain mengetahui keadaannya yang
sebenarnya, keburukan-keburukan yang sering ia lakukan sehingga ia
menutupnya dengan berlagak sok wanita shalehah.
Kita semua memang mengharapkan banyaknya
wanita shalehah, karena akan membuat ketentraman dunia, tetapi itu
hanya akan terwujud oleh wanita shalehah yang sejati, bukan oleh wanita
shalehah gadungan seperti yang telah dijelaskan diatas.
Demikian postingan kali ini, semoga
dengan mengetahui dosa-dosa diatas, dapat memberikan lecutan kepada diri
kita agar selalu berhati-hati dalam berbuat, karena bisa saja hal-hal
yang kita anggap biasa, sejatinya adalah dosa yang dapat menjerumuskan
kita kepada kemurkaan Allah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar